
Tolong Ingatkan Aku
salâm ...
pagi kembali
sinar mentari
cerah
aku merasa hening
terasing
dalam keramaian tetapi sepi
dalam kesepian tetap sepi
harapanharapan dan harapan
hanya mimpi
hanya khayalan
tolong beritahu
kapan waktunya untuk bangun
karena siang ini aku masih terlelap
sore kantuk menyerang
malam hanya ada mimpi
babakan ciamis, november 2006
Cinta
aku terlalu mencintainya
melebihi apa yang ada pada diriku
hanya Allâh yang patut dipuja dipuji
yang telah menjadikan dirinya khidmat
surau alit, muharram 1428
Wilujeng Tepang Taun
sapilampah jeung wanci nu muru
haté nu gurunggusuh
saingetan jeung mangsa nu teu pernah eureun
sauyunan jeung umut nu beuki mondokan
ulah lali ka Sang Hyang Widhi
nu nyipta jalma tina cai mani
nu geus méré rejeki ka kabéh mahluk
saéstuna kabéh jalma aya dina karugian
kajaba jalma nu tetep iman ka Mantenna
kajaba jalma nu tetep ngajak kana kahadéan
kasabaran
kajaba jalma nu ayeuna leuwih hadé tibatan kamari
muharram 1428
Ngadagoan
panon poé ngaburinyai ngalilih taneuh
haneut
mépéndé haté nu simpé
haté nu meumeut ka manéhna nu manja
panon poé tetep neuteup kuring
teu obah
ieu haté
nyuruluk cipanon … hanjelu
ngadagoan di handap samoja
ngadagoan nu euweuh
ngadagoan nu moal datang
panon poé burinyai geus beurang
masih ngadagoan nu moal datang
ngadagoan wanoja nu datang ti wétan
maghrib
hujan gedé
dina haté nu simpé
isuk kuring rék ngadagoan deui
di handap tangkal samoja
nias, dzulhijjah 1427
Menembus Karang
menerawang
sinar mentari garang
perut kerontang
di depan rumah makan padang
pikiran melayang
sembari mengulum ilalang
tak ada uang
terpaksa kurampok gudang
agar hati tenang
lambung kenyang
sayang
nasibku malang
hidup berakhir di élpé cipinang
jalan parang, di musim layanglayang 1427
Kuciwa
: Srikandi di ditu, duka teuing di mana, paduli!!
kamana kuring kudu indit?
iraha kuring kudu indit?
kumaha kuring kudu indit?
ieu haté peurihna kacida
kuring mung saukur hayang nyaho, yén kuring teu ku nanaon
babakan sari, jumadil akhir 1426
Beribu Kilometer Kutapaki Jalan Membisu
70.000 kilometer jalan membentang
7 kilometer kulalui
begitu panjang
700 kilometer kutempuh
tenang saja Kawan masih tersisa ribuan
7.000 kilometer kujelajahi
kita semakin menikmatinya
57.000 kilometer sudah
perjalanan kita abadi bukan, tiada akhir
67.000 kilometer telah kutapaki sungai cidurian
???
tercenung, kita sudah berada di ujung nafas (?)
sukapura, jumadil akhir 1430
Beribu Teman yang (Tak) Bermakna
kita banyak berceloteh
akhirakhir ini
tentang hebatnya dunia maya
beratus bahkan ribuan
teman didapat
dunia semakin sempit
dunia semakin mengecil
satu langkah kita akan sampai di oslo
satu depa kita akan gapai amsterdam
ramai nian
obrolan siang tadi
tentang a-b-c-d
tentang merah-kuning-hijau
ketika kita seharusnya bekerja
beratus bahkan ribuan teman
(semoga) tetap bermakna
di bukuwajah, kejaksan, jumadil akhir 1430

Awaru Kaha, Afou
asahégo!
afou, asahégo
awaru kaha, afou
bau
di, fu, kwa
kaha
di bagai
hau, fay
kasbi … kaha
asahégo afou, asahégo
papua (suku fayu), jumadil akhir 1430
aku baik-baik saja, ayah
selamat pagi
ayah, selamat pagi
aku baik-baik saja, ayah
ya
air, kayu, buah
semuanya baik
babi hutan akan kupanah
tidak, terlalu buruk
akar-akaran … itu bagus
selamat pagi ayah, selamat pagi
Terus Berjalan
satu detik
berlalu
tatkala aku ingin menulis puisi ini
tiga detik
berlalu
sampai kertas ini tergores
lima detik
tujuh detik berlalu
aku berhenti menulis puisi
dan entah berapa detik
kulalui di alam fana ini
sukapura, maulud 1430
Semoga Semuanya Hidup!
hidup golkar ...! hidup
hidup pdi perjuangan ...! hidup
hidup partai pembangunan ...! hidup
hidup sejahtera partai ...! hidup
amin
semoga semuanya menjadi makhluk hidup
sukapura, musim kampanye 2009
Air Mata dan Cangkir Ajaib
: petani tua miskin di sebuah lembah
petani tua
miskin
beralaskan tanah basah
berselimut hembusan dingin
angin malam
petani tua
miskin
tersenyum
tak bersedih
tak menangis
dalam kemiskinannya
walau memiliki
cangkir ajaib:
siapa yang meneteskan air matanya
akan berubah menjadi mutiara
sampai iblis
makhluk laknat
menggoda
petani tua
miskin
harta kekayaan
dan kebahagiaan
ia terbuai
sampai pisau
mengiris nadi
istri tercinta
sehingga
air
mengalir dari pelupuk matanya
petani tua
miskin
air mata
berubah mutiara
tak henti
ait matanya
tak henti
mutiara menyembul
dari cangkir ajaib
petani tua
miskin
tertimbun
akhirnya
bersama: darah
istri
mutiara
dan
keserakahannya
sukapura, maulud 1430
malam, hujan lebat, mengingatkan diri untuk tetap sederhana,
membakar hawa nafsu,
ketika sufi mengajarkan untuk membuang dunia dari dalam hati
Satu Sahabat Berjuta Bahagia
: hamzahfaisal di negeri udang
fajar
tlah lama sekali
dulu
menyapa
menabur berita gembira
dari sahabatku
mentari
terus berjalan
membiakkan ternak
menguning sawah
membasah gersang pematang
menghangat beruang kutub
memanggang pendosa
sahabat
masih berjalan
menuntun amanah
menyatukan yang tercecer
menghangat senyum
membawa salam dari nirwana
kami
tetap berjalan
bergandeng tangan
bermimpi negeri bahagia
mencari dua, tiga, atau lebih kebijakan
mencari hikmah
membangun asa
menggetar alam semesta
memahami hakikat kehidupan
siapakah gerangan yang berbahagia?
mereka:
yang memberi lebih
mengalir tapi tidak hanyut
berjalan bersama kesederhanaan
berbuat baik
tak secuil khawatir
aku:
yang memiliki satu sahabat
sukapura, maulud 1430
bersama seorang sahabat dan keluarganya yang penuh warna, penuh bahagia
Tuhan, Bu! *)
si budi kecil
turut bapaknya
pergi
sembahyang
khusyuk
khutbah
“semua persoalan di dunia ini pasti
ada penyelesaiannya
semua jawaban persoalan itu:
tuhan!”
si budi kecil
riang
berjingkat pergi ke sekolah
bersama teman
bu hanum yang molek
mengajarkan ilmu berhitung
“1 ditambah 1, berapa jawabannya budi?”
“tuhan, bu!”
lantang
at taqwa, safar 1430
*) dari buku “Kaya Tapi Miskin”
Selamat Datang Matahari *)
kata orang bijak
cinta adalah misteri
dia datang
menatap
aku menyambut
berbunga
derry ...
kau bahagia bertemu
mataharimu
tatkala stasiun
mesih berselimut
kabut
hilang
walau teriak
si jagur
keras
membangunkan
perjumpaan yang
mengharu biru
seorang gadis manis
hanum
katakan derry:
selamat datang matahari
dalam dingin puncak
mahameru menanti
matahari menari
kapanku berkata
seperti itu derry
sukapura, safar 1430
*) dari kumpulan cerpen Kurnia Effendi, “Burung Kolibri Merah Dadu
Pedagang Sayur dan Burung Beo
matsnawi, jalaluddin rumi
Maha Suci Allâh
yang menjadikan sang beo berbicara
celoteh, bagai manusia bijak
membantu pedagang sayur
beruntunglah pemilik sang beo
yang pandai itu
kepakan sayapnya membawa
aroma perkebunan yang
menyejukkan hidung
suaranya membawa orangorang
tersadar akan anugerah
yang dimiliki setiap makhluk
dalam kesendiriannya
kepakan sayap
menumpah ruah
minyak
mengotor bau sayuran
pedagang
si pedagang marah
melotot memandangi
sayurannya
tanpa ampun
membawa amarahnya
memberi sang beo
menjadi gundul
tak berbicara
gunung tinggi
hutan belantara
menaungi sang beo
bisu
darwis
berkepala botak
membuat sang beo
berkicau riang (kembali)
mengapa kepalamu, hai gundul?
apa kau menumpahkan minyak
dari botol
sepertiku?
sukapura, safar 1430
0 komentar:
Post a Comment